Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak
dengan Demam Berdarah Dengue
A.KONSEP DASAR
1.Pengertian / Defenisi
Demam berdarah Dengue adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ). (http://indonesiannursing.com/2008/09/29)
Demam berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (Suriadi, S.Kep, Rita Yuliana, 2004). Demam Berdarah Dengue (DBD) biasa menyerang anak-anak, remaja dan dewasa yang sering kali menyebabkan kematian bagi penderita.
2.Etiologi
Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah nyamuk aedes Aegypti yang bisa menggigit manusia pada siang hari, hidup di air yang jernih, bersih dan tergenang, tempat-tempat gelap atau semak-semak. (Nasrul, Effendi. 1995)
3.Insiden
Wabah Dengue pertama kali ditemukan di dunia tahun 1635 di Kepulauan Karibia dan selama abad 18, 19 dan awal abad 20, wabah penyakit yang menyerupai Dengue telah digambarkan secara global di daerah tropis dan beriklim sedang. Vektor penyakit ini berpindah dan memindahkan penyakit dan virus Dengue melalui transportasi laut. Seorang pakar bernama Rush telah menulis tentang Dengue berkaitan dengan break bone fever yang terjadi di Philadelphia tahun 1780. Kebanyakan wabah ini secara klinis adalah demam Dengue walaupun ada beberapa kasus berbentuk haemorrhargia. Penyakit DBD di Asia Tenggara ditemukan pertama kali di Manila tahun 1954 dan Bangkok tahun 1958 (Soegijanto S., Sustini F, 2004) dan dilaporkan menjadi epidemi di Hanoi (1958), Malaysia (1962-1964), Saigon (1965), dan Calcutta (1963) (Soedarmo, 2002).
DBD di Indonesia pertama kali ditemukan di Surabaya tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh tahun 1970. Kasus pertama di Jakarta dilaporkan tahun 1968, diikuti laporan dari Bandung (1972) dan Yogyakarta (1972) (Soedarmo, 2002). Epidemi pertama di luar Jawa dilaporkan tahun 1972 di Sumatera Barat dan Lampung, disusul Riau, Sulawesi Utara, dan Bali (1973), serta Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat (1974). DBD telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia sejak tahun 1997 dan telah terjangkit di daerah pedesaan (Suroso T, 1999). Angka kesakitan rata-rata DBD di Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968) menjadi 8,14 (1983), dan mencapai angka tertinggi tahun 1998 yaitu 35,19 per 100.000 penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang (Soegijanto S., 2004)
Selama awal tahun epidemi di setiap negara, penyakit DBD ini kebanyakan menyerang anak-anak dan 95% kasus yang dilaporkan berumur kurang dari 15 tahun. Walaupun demikian, berbagai negara melaporkan bahwa kasus-kasus dewasa meningkat selama terjadi kejadian luar biasa (Soegijanto S., 2004)
Case Fatality Rate penderita DBD pada tahun 2004 sebesar 0,7 dan insidence rate sebesar 45. Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai negara bervariasi disebabkan beberapa faktor antara lain status umur penduduk, kepadatan vektor, tingkat penyebaran virus, prevalensi serotipe virus Dengue, dan kondisi metereologis. DBD secara keseluruhan tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan, tetapi kematian ditemukan lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki (Soegijanto S., 2003; Soegijanto S., Sustini F., 2004). Distribusi umur pada mulanya memperlihatkan proporsi kasus terbanyak adalah anak berumur <15 tahun
Penyakit ini disertai komplikasi ginjal, yaitu proteinuri hebat dan patologis ditemukan bendungan di glomerolus, degenerasi sel hati dalam berbagai derajat, dan perdarahan kapiler atau perdarahan massif dalam organ visceral. Atas dasar ini, penyakit itu dinamakan haemorrhagi nonphrosonephritis atau heamorrhagi fever with renal syndrome. (Soedarmo, dkk. 2004).
4.Anatomi Fisiologi Sistem Hematomologi
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limfa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan.
Sel darah dibagi menjadi Eritrosit (sel darah merah, normalnya 5.000 per mm3 darah) dan Leukosit (sel darah putih, normalnya 5.000 sampai 10.000 per mm3 darah). Terdapat sekitar 500 sampai 1000 eritrosit tiap satu leukosit. Leukosit dapat berada dalam beberapa bentuk : eosinofil, basofil, monosit, netrofil, dan limfosit. Selain itu dalam suspense plasma ada fragmen-fragmen sel tak berinti yang disebut trombosit (normalnya 150.000 sampai 450.000 trombosit per mm3).
Volume darah manusia sekitar 7% sampai 10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 ltr. Darah bersirkulasi di dalam system vaskuler dan berperan sebagai penghubung antara organ tubuh, membawa oksigen yang diabsorbsi oleh paru-paru dan nutrisi yang di absorbs oleh traktus gastrointestinal ke sel tubuh untuk metabolism sel-sel, mengangkut produk sampah yang dihasilkan oleh metabolism sel ke paru, kulit dan ginjal yang akan ditransformasi dan dibuang keluar tubuh, membawa hormone dan antibody ke tempat tujuan.
a.Sumsum Tulang
Sumsum tulang menempati bagian dalam tulang spons dan bagian tengah rongga tulang panjang. Sumsum biasa berwarna merah dan kuning. Sumsum merah merupakan tempat produksi sel darah merah aktif dan merupakan organ hematopoietic (penghasil darah). Sumsum kuning tersusun oleh lemak dan tidak aktif dalam produksi elemen darah. Sumsum tulang banyak mengandung pembuluh darah dan tersusun atas jaringan ikat yang mengandung sel bebas. Sel yang paling primitive dalam populasi sel bebas adalah sel stem yang merupakan precursor dari dua garis keturunan sel yang berbeda. Garis keturunan myeloid meliputi eritrosid, leukosit, trombosit, dan garis keturunan limfoid berdiferensiasi menjadi limfosit.
b.Eritrosit
Sel darah merah berbentuk pipih dengan garis tengah 7,5µm. Eritrosit cakung di tengahnya (bikonkaf) dan tidak berinti. Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen dari paru ke jaringan karena kandungan hemaglobinnya tinggi. Fungsi penting hemoglobin adalah kemampuannya meningkat oksigen dengan longer dan reversible.
c.Leukosit
Leukosit dibagi dalam dua kategori, granulosit dan sol mononuclear (agranulosit). Fungsi leukosit adalah melindungi tubuh dari invasi bakteri atau benda asing lainnya.
d.Trombosit
Trombosit merupakan partikel kecil, berdiameter 2 sampai 4 um yang terdapat dalam sirkulasi plasma darah. Trombosit berperan penting dalam mengontrol perdarahan.
e.Pembekuan Darah
Pembekuan darah adalah proses dimana komponen cairan darah di transformasi menjadi material semisolid yang dinamakan bekuan darah yang tersusun oleh sel-sel darah yang tertangkap dalam jaringan-jaringan fibrin. Kekurangan faktor pembekuan darah VIII dan IX dapat menyebabkan hemofilia atau kelainan yang diturunkan.
f.Plasma Darah
Plasma darah adalah bagian cairan yang tersisa mengandung ion, protein dan zat lain. Apabila plasma dibiarkan membeku, sisa caiaran yang tertinggal dinamakan serum.
5.Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DBD adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstraseluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limfa (Splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapoler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit > 20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trobosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan dapat mengakibatkan kondisi buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoreksia jaringan, metabolic asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hematosis pada DBD menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DBD, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir diseluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan adrenal. (http://ns-nining blogspot.com/2009/03/).
Berdasarkan patokan dari WHO (1975) DBD dibagi menjadi 4 derajat sebagai berikut :
a.Derajat I : Demam disertai gejala klinik lain atau perdarahan spontan.
b.Derajat II : Disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain.
c.Derajat III : Kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin, lembab, gelisah.
d.Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.
6.Manifestasi Klinik
a.Demam tinggi selama 2 – 7 hari.
b.Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, petchie ekhimosis, hematoma.
c.Epitaksis, hematemesis, melena, hematuri.
d.Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
e.Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati.
f.Sakit kepala.
g.Pembengkakan sekitar mata.
h.Pembesaran hati, limfa, dan kelenjar getah bening.
i.Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab, dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah). (Hidayat, Aziz Alimul A. 2006)
7.Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium :
a.Trombosit
Pada umumnya DBD menjadi trobosittopenia (100.000 / ml atau kurang).
b.Hematokrit
Hemokosentrasi dapat di ukur dari hematokrit sebesar 20% atau lebih di banding dengan hematokrit pada masa kovalen.
c.Leukosit
Leukosit sering ditemukan pada DBD, berbeda dengan Demam Berdarah yang pada umumnya disertai lekopemia berat.
d.SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT kadang meningkat, tetapi kadang kembali setelah sembuh.
e.AGD (Analisa Gas Darah)
Pada penatalaksanaan renjatan tidak adekuat dapat menimbulkan asidosis metabolik dan hipoksia hal in jarang terjadi.
f.Isolasi virus
Sukar dan lama karena virus Dengue tidak lama ada dalam manusia. Karena cepat membentuk antibody sehingga setelah hari ke empat sudah tidak ada dalam tubuh penderita. Padahal banyak penderita datang ke rumah sakit setelah menderita panas beberapa hari juga konfirmasi isolasi virus dengue cukup lama.
g. IgM Capture elise
Pemeriksaan ini menunjukkan adanya infeksi baru atau infeksi yang sedang berlangsung sehingga sangat berguna untuk diagnosa Demam Berdarah, tapi sayang pemeriksaan ini belum dapat dilakukan di laboratorium.
h.Uji Torniquet
Uji tourniquet dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan dibawah kulit hasilnya jika tampak peteki atau bintik merah pada kulit.
8.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita DBD adalah sebagai berikut :
a.Minum banyak 1,5 – 2 ltr/24 jam dengan air teh, gula, atau susu.
b.Tirah baring atau istirahat baring.
c.Diet makan lunak.
d.Pemberian cairan intravena (biasa ringer laktat, NaCL Faali) merupakan cairan yang paling sering di gunakan.
e.Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam ( suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
f.Pemberian obat antipiretik jika terdapat demam.
g.Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
h.Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
9.Pencegahan
Ada 2 macam pemberantasan vector antara lain :
a.Menggunakan insektisida
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan Demam Berdarah Dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan Malathion ialah dengan pengasapan atau pengabitan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu becana tempat penampungan air bersih, dosis yang di gunakan ialah 1 ppm atau I gram SG 1% per 10 ltr air.
b.Tanpa pestisida
Caranya adalah :
1)Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 kali seminggu.
2)Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
3)Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1.Pengkajian
a.Biodata
Biodata terdiri dari identitas klien, identitas orang tua, dan saudara kandung. Identitas klien meliputi: nama, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, Identitas orang tua meliputi: Nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat. Identitas saudara kandung meliputi: nama, usia, hubungan, status kesehatan.
b.Keluhan utama/Alasan masuk rumah sakit
Meliputi alasan di bawah kerumah sakit: demam, nyeri otot, mual, muntah, nyeri kepala disertai perdarahan , lemah, nyeri ulu hatidan nafsu makan menurun
c.Riwayat kesehatan
1)Riwayat kesehatan sekarang
Klien menderita demam sudah beberapa hari di rumah dan semakin hari demam klien semakin berat disertai mual.
2)Riwayat kesehatan masa lalu
Keluhan yang sering dialami demam, tidak ada riwayat alergi, tidak pernah mengalami kecelakaan, tidak pernah operasi.
3)Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit anggota keluarga yang biasa disertai seperti; alergi, asma, TBC, Hypertensi, genogram (tiga generasi).
d.Riwayat imunisasi
Jenis pemberian imunisasi, waktu pemberian, reaksi setelah pemberian BCG, DPT (I, II, III, IV), Campak, Hepatitis.
e.Riwayat tumbuh kembang
1)Pertumbuhan fisik
Mengukur tinggi badan, menimbang berat badan, waktu tumbuh gigi bulan, tanggal, tahun.
2)Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat pertama kali berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, senyum pertama kali, berpakaian tanpa bantuan.
f.Riwayat nutrisi
1)Pertama kali klien diberi ASI, cara pemberian ASI setiap kali menangis, lama pemberian.
2)Pemberian susu permula; alasan pemberian, jumlah pemberian, cara pemberian menggunakan dot, sendok.
3)Pemberian makanan tambahan; pertama kali diberikan pada usia berapa, jenis makanan yang diberikan.
g.Riwayat psikososial
Apakah anak tinggal di rumah sendiri, kontrakan. Lingkungan berada di kota, setengah kota, desa. Apakah rumah dekat dengan sekolah, tempat bermain, apakah anak punya kamar sendiri. Hubungan antara anggota keluarga harmonis atau tidak.
h.Riwayat spiritual
Apakah anak mengikuti kegiatan keagamaan, support keluarga yang diberikan.
i.Reaksi Hospitalisai
1)Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Alasan ibu membawa anaknya ke rumah sakit, apakah dokter telah menceritakan kondisi anaknya, bagaimana perasaan orang tua saat ini.
2)Pemahaman anak tentang sakit dan dirawat inap
Mengapa keluarga/orang tua membawa ia ke rumah sakit, apakah ia tahu penyebab sakitnya, bagaimana rasanya dirawat di rumah sakit.
j.Aktivitas sehari-hari
1)Nutrisi terdiri dari frekuensi makan, makanan yang dikonsumsi, porsi makan yang disiapkan, makanan yang disukai serta nafsu makan klien menurun selama sakit.
2)Cairan terdiri dari jenis minuman yang dikonsumsi, frekuensi, kebutuhan cairan dan cara pemenuhan.
3)Eliminasi BAB dan BAK terdiri dari tempat pembuangan, frekuensi, konsistensi, kesulitan, dan obat yang diberikan.
4)Istirahat tidur terdiri dari waktu tidur malam, tidur siang, apakah mudah terbangun, serta apa yang mempermudah tidur, baik sebelum atau pun selama sakit.
5)Personal hygiene terdiri dari mandi (cara, frekuensi, alat), sikat gigi (frekuensi, cara), gunting kuku ( frekuensi, cara).
6)Aktifitas fisik terdiri dari kegiatan sehari-hari, pengaturan jadwal, penggunaan alat bantu.
k.Pemeriksaan fisik (http://indonesiannursing.com/2008/09/29)
1)Keadaan umum : Lemah.
2)Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan.
3)Antropometri : terdiri dari tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, skin fold.
4)Sistem pernapasan terdiri dari Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
5)Sistem kardiovaskuler terdiri dari uji tourniquet positif, trombositipeni, kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, nadi tidak teraba dan terkadang tekanan darah tak dapat diukur.
6)Sistem pencernaan terdiri dari Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
7)Sistem saraf, pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran
8)Sistem integument terdiri dari, Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
9)Sistem perkemihan terdiri dari : Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.
10)Pemeriksaan tingkat perkembangan
0 – 6 tahun dengan menggunakan DDST yaitu : motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial.
6 tahun ke atas yaitu : perkembangan kognitif, psikoseksual, psikososial.
2. PATOLOGIS PENYIMPANGAN KDM DBD
3. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan DBD : (Soedarmo, Sumarno dkk 2000)
a.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolik berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.
b.Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit.
c.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.
d.Kurang perawatan diri berhubungan dengan Kelemahan fisik.
e.Nyeri berhubungan dengan patologis penyakit.
f.Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
g.Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat.
h.Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi.
4. Rencana Tindakan keperawatan berdasarkan menurut (Doengoes Marlyin E 2002)
a.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
INTERVENSI
RASIONAL
1.Kaji tanda-tanda vital, turgor kulit dan membran mukosa
2.Instruksikan kepada keluarga dalam memberikan terapi yang tepat, pemantauan masukan dan keluaran
3.Anjurkan pasien untuk banyak minum.
4.Catat intake dan out put.
1.Mengetahui derajat dehidrasi.
2.Untuk menjamin hasil optimal.
3.Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairn tubuh.
4.untuk mengetahui keseimbangan cairan
b.Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi Dengue.
Tujuan : Suhu tubuh normal (36°C - 37°C), klien tidak demam lagi.
INTERVENSI
RASIONAL
1.Observasi Tanda-tanda vital.
2.Berikan kompres hangat pada daerah axila dan lipatan paha serta dahi.
3.Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 1.5 Itr - 2 ltr/24jam.
4.Anjurkan untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat.
5.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan intra vena dan obat-obatan
1.Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2.Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.
3.Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu di imbangi dengan asupan cairan yang banyak.
4.Pakaian yang tipis membantu mengurangi penguapan.
5.Pemberian cairan intra vena sangat bagi pasien dengan suhu tubuh tinggi
c.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan.
INTERVENSI
RASIONAL
1.Kaji keluhan mual, sakit menelan dan jumlah muntah yang dialami pasien.
2.Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering sesuai dengan diet klien.
3.Anjurkan kepada Ibu untuk menyajikan dalam keadaan hangat.
4.Pertahankan kebersihan mulut.
5.Pertahankan tetesan cairan sesuai instruksi.
6.Berikan makan yang di sukai.
1.Untuk menetapkan cara mengatasi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan menetapkan intervensi.
2.Membantu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan memberikan kesempatan pada usus mencerna makanan.
3.Makanan yang hangat dapat memberikan nafsu makan.
4.Menambah selera makan.
5.Tetesan cairan membantu dalam memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh.
6.Meningkatkan nafsu makan
d.Nyeri berhubungan dengan mekanisme patologis
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
INTERVENSI
RASIONAL
1.Kaji tingkat nyeri yang di alami pasien.
2.Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan tenang
3.Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.
4.Lakukan usapan lembut pada daerah pemasangan infus setiap kali nyeri.
5.Berikan obat-obat analgetik.
1.Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2.Untuk mengetahui rasa nyeri.
3.Dengan melakukan aktifitas lain pasien dapat melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang di alami.
4.Peningkatan sirkulasi darah ke jaringan berjalan lancar.
5.Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien
e.Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh Tujuan : Dapat istirahat tidur dengan nyaman.
INTERVENSI
RASIONAL
1.Ciptakan lingkungan yang tenang menjelang dan selama tidur
2.Beri kompres air hangat
3.Atur posisi senyaman mungkin yang klien inginkan.
1.Lingkungan yang tenang dapat membantu klien tidur nyenyak sehingga kebutuhan tidur klien terpenuhi.
2.Kompres air hangat bertujuan menurunkan demam klien sehingga klien dapat tidur dengan nyenyak.
3.Posisi yang nyaman dapat membuat tidur klien lebih baik dan tidak mudah terjaga sehingga kebutuhan tidur teratasi.
f.Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan: Kebutuhan aktifitas sehari-hari klien terpenuhi dan mampu mandiri setelah bebas dari demam.
INTERVENSI
RASIONAL
1.Berikan HE tentang defisit perawatan diri kepada keluarga klien.
2.Kaji pola mandi klien.
3.Libatkan keluarga klien dalam pemenuhan personal hygiene.
4.Mandikan pasien sesuai kebutuhan.
1.Agar keluarga dapat mengerti pentingnya defisit perawatan diri
2.Mengetahui frekuensi mandi.
3.Keluarga dapat mengetahui dan melakukan sendiri dalam melakukan pemenuhan PH.
4.Memberikan rasa nyaman dan agar klien nampak bersih
g.Resiko tinggi terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik, tanda-tanda vital dalam batas normal(tekanan darah : 110/60 mm Hg, suhu 36°C - 37°C, Pernafasan 19 - 23x/ menit, nadi 60 - 100x/menit), keadaan umum baik: kesadaran composmentis.
INTERVENSI
RASIONAL
1.Monitor keadaan umum pasien
2.Observasi tanda-tanda vital tiap 2-3 jam
3.Monitor tanda pendarahan
4.Check hemoglobin, hematokrit trombosit
5.Berikan transfusi sesuai dengan program dokter
6.Laporkan ke dokter bila tampak syok hipovolemik
1.Memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera di tangani.
2.Tanda-tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.
3.Pendarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok hipovolemik.
4.Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami oleh pasien.
5.Untuk menggantikan volume-volume darah serta komponen darah yang hilang.
6.Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut segera mungkin
h.Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi (pengetahuan).
Tujuan : Kecemasan berkurang atau teratasi, orang tua klien tidak sering bertanya lagi tentang penyakit anaknya.
INTERVENSI
RASIONAL
1.Kaji tingkat kecemasan orang tua klien
2.Berikan kesempatan pada keluarga klien untuk mengungkapkan perasaannya.
3.Berikan penjelasan pada klien/keluarga tentang penyakit DBD.
4.Menambah keyakinan orang tua klien.
1.Untuk mengetahui kecemasan orang tua/keluarga klien dalam menentukan intervensi selanjutnya.
2.Ungkapan perasaan akan membantu meringankan beban sehingga rasa cemas dapat berkurang.
3.Agar klien/keluarga dapat mengerti tentang penyakit DBD.
4.Berikan dukungan moril dan spiritual.
frans Lamenmior
Tidak ada komentar:
Posting Komentar